Salah satu esensi dari sebuah proses pendidikan adalah menjadikan mahasiswa sebagai subyek. Satu faktor komponen yang menunjukkan keberhasilan proses pendidikan tersebut adalah berubahnya mental mahasiswa, menjadi personal yang lebih berani, lebih terbuka, lebih haus kemajuan, punya rasa ingin tahu yang tinggi, tidak kenal lelah, dan memiliki softskill yang cukup untuk merubahnya dirinya sendiri menjadi sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Perubahan mental ke arah positif mampu tercipta apabila proses kuliah yang digeluti setiap mahasiswa setiap hari mampu memicu / menstimulasi pencapaian perubahan tersebut. Model perkuliahan dengan metode lawas (lama) harus berganti dengan metode yang lebih baik (learning by process and learning by self), yakni sebuah proses yang mampu memberikan ‘jalan’ kepada para peserta didik / mahasiswa agar bisa menemukan ‘cara’ merubah dirinya (mentalnya) dalam jangka panjang ke depan, tentunya ini merupakan ‘modal’ utama bagi mahasiswa setelah lulus agar bisa berubah dan merubah kehidupannya menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya, bukan kondisi yang stagnan. Yang sering terlupakan dalam proses pendidikan tinggi di negara kita adalah ‘apakah tujuan utama melaksanakan / memberikan sebuah proses pendidikan kepada mahasiswa?’ dan kondisi apa yang kita harapkan mampu diraih / diciptakan oleh mahasiswa setelah lulus dari proses pendidikan kelak?’ ada yang mengatakan (para ahli pendidikan) bahwa merubah mental mahasiswa dalam sebuah proses pendidikan jangka pendek (3-4 tahun) adalah dengan cara Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Namun ketiga aspek tersebut belum mampu dijabarkan dengan baik pada saat perkuliahan berlangsung, sehingga tujuan pendidikan pada diri mahasiswa belum menampakkan hasil / berhasil dengan cukup baik.
Perbaikan mutu pengajaran perlu terobosan dalam hal cara yang selalu berubah menjadi baik, bukan hanya konten belajarnya saya, namun metode atau cara juga harus berubah, yang harus dirubah bukan hanya kurikulum saja namun proses dan kegiatan pembelajaran di kelas juga harus selalu berubah sesuai perkembangan lingkungan eksternal mahasiswa. Sehingga proses pembelajaran di kelas akan memiliki interelasi cukup nyata dengan kehidupan mahasiswa di luar kelas / lingkungan eksternal mahasiswa sehari-hari. Jika ini dicapai maka proses perkuliahan yang di ikuti mahasiswa akan mampu memberi ‘nilai tambah’ pada kehidupan dirinya sendiri setelah lulus kelas.
Banyak program pelatihan enterpreneur diberikan kepada mahasiswa dan berjalan dengan baik namun tidak di ikuti dengan bagaimana memberikan bekal kepada mahasiswa agar mampu merubah dirinya menjadi seorang enterpreneur yang cukup sukses. Jika mahasiswa menjadi enterpreneur maka bekal apa saja yang minimal harus diberikan dan dimiliki untuk menghadapi dunia eksternal sesungguhnya agar mampu hidup dan berhasil saat kembali ke tengah masyarakat. Ini masih belum banyak dipikirkan oleh pelaku pendidikan selama ini. Delapan aspek yang perlu dilakukan dan disiapkan untuk menghidupkan kemampuan wirausaha pada diri mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan.
Dengan segala percepatan perkembangan teknologi, globalisasi, dan internet, laju perubahan pun semakin cepat dari yang pernah dibayangkan. Karena itu, Anda harus bisa mengantisipasinya dan sanggup bereaksi cepat, tapi juga penuh perhitungan.
2. Kemampuan Beradaptasi.
Laju perubahan yang terjadi pada dunia internet membutuhkan bisnis yang lebih fleksibel dan adaptif dibandingkan sebelumnya. Anda harus menambah pengetahuan dan mampu menginterpretasinya, serta secara cepat merespon perubahan tersebut dimanapun terjadinya baik dalam teknologi dan kompetisi, juga pada pergantian pola pasar dan pembeli.
3. Eksperimen.
Seorang netpreneur harus bersedia mencoba ide-ide baru di pasar yang dibidiknya. Anda tidak memiliki banyak waktu atau hanya mengandalkan 'market research' yang sudah tidak up to date untuk mengevaluasi tindakan-tindakan Anda . Eksperimen dan siap bergerak cepat untuk beradaptasi dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasar kepada Anda .
4. Inovasi Yang Konstan.
Meluncurkan produk ke pasar hanyalah sebuah permulaan. Dorongan kompetisi yang tak kenal henti dan tuntutan pasar terhadap perbaikan membuat fokus bisnis pada inovasi sangat penting.
5. Kolaborasi.
Sudah menjadi sifat dari netpreneur menjadi kolaboratif. Anda tidak bisa bekerja sendiri di pergerakan dengan kecepatan seperti ini. Internet memungkinkan Anda melibatkan banyak pemilik perusahaan dalam setiap langkah. Mulai dari kelahiran sebuah produk melalui riset, pembangunan produk, pengemasan, pengiriman, support dan proses perbaikan yang terus berjalan.
6. Jadilah Penggerak Distribusi.
Tantangan nyata dari dunia bisnis saat ini adalah distribusi penyebaran merek serta identitas produk dan jasa Anda. Satu hal yang paling terasa, internet memperkecil hambatan distribusi. Untuk itu, Anda harus membangun merek dan saluran distribusi demi kesinambungan kesuksesan bisnis.
7. Fokus Pada Niche Market.
Internet menjangkau dan mendistribusi kesempatan bisnis pada pasar baru yang terbuka. Karena itu, netpreneur harus memfokuskan pada sektor pasar yang terdefinisi dengan baik -yaitu pada niche market atau pasar ceruk- agar dapat meraih posisi dominan atau menemukan pasar yang belum atau kurang terlayani. Walau kenyataannya, kesempatan yang paling menggairahkan terletak pada menciptakan pasar yang baru.
8. Jadilah Multidisipliner.
Perusahaan dalam era ekonomi baru seperti sekarang menciptakan solusi dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu seperti teknologi, content, grafis, layanan dan hubungan. Karena itu, seorang netpreneur sukses biasanya memahami berbagai disiplin ilmu [Dyah Hapsari].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar