Semua kejadian yang berhubungan dengan alam membuat manusia tidak berdaya, terutama yang berhubungan dengan cuaca. Semua sudah tahu namun tidak banyak yang sadar, bahwa rusaknya alam (hutan) di Indonesia dan dunia, ke depannya akan membawa dampak material bagi kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial dan kesehatan. Dengan rusaknya hutan akan membawa dampak terjadinya peningkatan suhu yang mengarah pada pemanasan global, selanjutnya cuaca akan berubah menjadi musim panas berkelanjutan, musim hujan berkepanjangan dan seterusnya. Sudah pasti dan secara otomatis membawa masalah bagi kehidupan ekonomi manusia. Musim hujan berkepanjangan akan membawa dan merusak infrastruktur, distribusi barang, dan merusak kehidupan sektor pertanian. Hasilnya komoditi alam dan hasil bumi menjadi langka dan rusak, sehingga komoditi menjadi mahal harganya. Kenaikan harga akan memukul semua elemen masyarakat, baik kaya maupun miskin. Dampak pemanasan gobal tidak pernah disadari sama sekali oleh manusia, padahal effeknya luar biasa, cuaca menjadi tidak menentu, selalu berubah dan merusak hasil pertanian. Sedangkan masyarakat sendiri tidak terbiasa dengan dampak alam ini, yaitu kenaikan harga sembako maupun non sembako yang disebabkan sektor alam/cuaca, karena terganggunya distribusi. Sekali alam berulah maka tidak akan mampu diperbaiki lagi alam tersebut, apapun caranya. Sedangkan kesadaran manusia untuk menjaga/melestarikan alam sangat rendah dan cenderung memprihatinkan. Bahkan lebih banyak yang merusak daripada menjaga. Dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam, ini keadaan yang sangat ironis. Dan para ahli yang memiliki kompetensi di bidang alam tidak mampu berbuat banyak. Yang dapat dilakukan hanya bicara dan bicara tanpa hasil. Sekali alam rusak, kita semua pasti menerima akibatnya. Harga cabe sebiji 500 rupiah semua gempar dan bingung, padahal kelak bisa saja terjadi harga cabe sebiji 5000 rupiah. Banjir, tanah longsor, banjir rob, menipisnya sumber air bersih, telah terjadi berulang kali, semua menggerutu, hanya menggerutu, namun sekali alam berulah akan selamanya berulah dan tidak ada satu pihakpun yang mampu meredam ulah alam tersebut. Kapan manusia bersedia bersahabat dengan alam agar alam tidak merusak kehidupan manusia ? ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar