Kemajuan teknologi di bidang seluler memang luar biasa, salah satu contoh produk yang memiliki nilai unik dan keunggulan adalah produk seluler bernama Blackberry, produk yang telah mewabah di mana-mana seolah tidak perlu pemasaran khusus untuk menjual produk ini dan terkesan konsumen tertarik kemudian datang sendiri, sangat luar biasa. Tidak seperti produk lain, yang membutuhkan pemasaran dengan kerja keras dan berbagai bentuk strategi agar produk tersebut laku di tengah masyarakat pengguna. Benar sekali, Blackberry memiliki keunggulan komunikasi dan interaksi dengan sesama pengguna Blackberry tanpa bantuan provider hanya dengan bantuan PIN dan anehnya sukses atau keunggulan Blackberry ini tidak mampu disejajarkan dengan keunggulan PDA yang telah lebih dahulu mewabah dikalangan penggunanya, meskipun pada intinya komunikasi Blackberry juga menggunakan produk provider. Seakan komunikasi Blackberry dapat dilakukan pada dua komunitas, komunitas Blackberry itu sendiri dan komunitas pengguna provider. Belum ada produk sejenis yang mampu menandingi produk seluler ala Blackberry, yang ada hanya cloningnya dan itupun tidak mampu meniru 100%. Suatu bentuk pemasaran yang sifatnya mampu membuat calon konsumen bersedia meniru, artinya jika satu orang menggunakan Blackberry maka yang lainnya otomatis ikut membeli dan memakai. Dalam dunia marketing hal ini tidak mudah dilakukan, sepintar apapun pemikirnya. Mengapa Blackberry sukses seperti itu, karena adanya satu keunggulan yang tidak dapat ditiru atau dimiliki vendor lain dalam menciptakan produk yang sejenis/cloning. Jika produk seluler lainnya berkomunikasi lewat bantuan provider sebagai jalur akses.
Rabu, 28 Juli 2010
SUKSES VENDOR BLACKBERRY
Minggu, 25 Juli 2010
PEMANDIAN SUCI TIRTA EMPUL
Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, serta salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui Gianyar-Bali. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul. Dimana secara etimologi Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam). Keunikan dari pura ini pada Jaba Tengah terdapat 33 buah aliran pancoran namun sekarang tinggal hanya 31 pancuran, yang berderet mengahadap ke barat sejumlah 7 buah tetapi tinggal 5 buah yang dialiri air suci yang mana peruntukan pancuran ini adalah untuk meningkatkan aura kundalini yang ada pada tubuh kita, yang menghadap ke Selatan sejumlah 26 buah yang terbagi atas 3 tempat , masing-masing : yang pertama sejumlah 13 buah pancoran yang diperuntukan untuk menghilangkan hal-hal negative yang ada pada tubuh kita, seperti karena sakit, perasaan tidak enak atau untuk ruwatan diri, pada pancoran yang berderet 13 buah ini, pemanfaatan pancoran tersebut sebagai berikut : Sebelum kita menceburkan diri ke kolam kita harus menghaturkan sajen lebih dulu di tempat sajen yang telah ditentukan dengan maksud untuk permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri. Pancoran I dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran II sampai ke X boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama – nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran XI, XII hanya di peruntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/ membersihkan diri , kemudian pancoran XIII kembali boleh digunakan untuk melukat atau membersihkan diri. Pada bagian Kedua atau lokasi di tengah tengah terdapat 8 buah pancoran yang diperuntukan untuk : Dua buah pancoran paling barat dari lokasi tengah ini diperuntukan untuk melukat atau membersihkan diri akibat kita kena hujat dan kena sumpah cor kemudian dilanjutkan membersihkan diri ke pancoran paling timur kea rah barat sampai di pancoran bernama Tirte Empul di lokasi tengah ini, Jadi penglukatan atau pembersihan diri berakhir pada step pancoran Tirte Empul .Pada Bagian Ketiga terdapat 5 buah Pancoran ( Pancaka Tirte )yang mana pancoran disini bukan untuk membersihkan diri seperti pancoran di bagian pertama dan kedua, pengunjung memasuki areal ketiga ini setelah selesai melakukan pembersihan diri di pancoran bagian pertama dan kedua lalu berpakaian rapi dan sopan, baru boleh memasuki areal 5 buah pancoran ini. Karena keberadaan kita di lokasi ini bermaksud menyelesaikan dengan sempurna tahapan pembersihan diri dengan melakukan persembahyangan baru kemudian diperciki air suci yang ada di 5 buah pancoran tersebut. Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya , ritual terakhir pasti memohon air suci di areal pura Tirte Empul, hal ini bermakna bahwa upacara telah selesai dikerjakan sesuai maksud dan tujuannya. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura. Nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.[http://bliketut.com]
Rabu, 14 Juli 2010
RANGDA SANG PEMIMPIN
Rangda identik dengan keserakahan, identik dengan keangkara murkaan, namun sebenarnya tidak selalu demikian maknanya, rangda bisa menjadi pemimpin yang baik hati, memimpin bawahannya dengan sepenuh hati disertai penuh perhatian, Rangda seperti inilah yang langka di dunia yang tidak abadi ini. Rangda dalam pengertian ini bukanlah tamak malah sebaliknya bersikap baik hati, seorang rangda di perusahaan tentunya senantiasa memperhatikan segala kebutuhan anak buahnya/karyawannya dengan baik, karena seorang rangda adalah seorang pelayan, dia di utus oleh Tuhan untuk menjadi pelayan yang baik. Sangat memperhatikan segala kebutuhan anak buah/bawahan mulai hal sepele hingga hal yang rumit. Seorang rangda akan resah dan gundah jika melihat bawahannya sedang sedih dan merana, kadang rangda menghampiri dan bertanya : ‘ada apa hari ini dirimu terlihat susah?’, ‘apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?’ katakan apa gerangan?’. Jawab sang anak buah: ‘maaf Rangda anak saya sedang masuk rumah sakit dan tidak ada biaya untuk membeli obat?’ pikiran dan perasaan saya menjadi tidak tenang!’. Rangda berkata: ‘tenang jangan gelisah, aku akan bantu kesusahanmu, agar kau bisa merasa tenang dan senang, sehingga kembali semangat bekerja!’ jawab anak buah: ‘ooh..terima kasih Rangda yang baik hati, bantuan anda sangat berarti buat saya, sekali lagi terima kasih. Rangda berkata: ‘sudahlah jangan banyak berpikir..aku bantu dirimu sepenuh hati.
Rangda adalah seorang pelayan, dia selalu memperhatikan karyawannya dengan hati yang ikhlas, tidak banyak bicara tetapi banyak perhatian, alhasil..sang anak buah selalu semangat, dan terus bersemangat membela perusahaannya agar senantiasa survival. Rangda yang bijak, rangda yang arif, rangda yang tanggap, rangda yang penuh toleransi, rangda yang penuh rasa kemanusiaan, dan setumpuk perhatian baik lainnya. Suasana dalam perusahaan penuh canda dan tawa, tidak ada rasa murung dan cemberut, rangda telah mensirnakan kondisi tersebut dengan baik dan berubah menjadi suasana ceria dan penuh persahabatan bagi segenap karyawannya. Sikap rangda yang demikian membuat para karyawannya menjadi senang dan tidak ada perasaan tertekan. Semua sadar dengan tugasnya masing-masing dan berusaha menyelesaikannya dengan baik, karena dilandasi perasaan senang dan merasa diperhatikan. Rangda tidak suka melihat perselisihan atau pertengkaran, jika ada maka rangda selalu hadir ditengah perselisihan, kemudian berusaha keras menghentikannya, dia berusaha menjadi penengah yang baik dan menguntungkan kedua belah pihak yang sedang berselisih. Alhasil kehadiran rangda selalu ditunggu dan dirindu, karena tindakannya yang bijak serta santun. Rangda adalah seorang Nahkoda bagi sebuah kapal yang sedang berlayar, dia mampu memberi arah yang bagus bagi kapal yang dipimpinnya, mengarahkan kapal ke tujuan dengan penuh ketenangan bukan pergolakan, alhasil sang Rangda senantiasa berhasil menghindarkan kapal dari badai serta gelombang dengan aman. Laju kapalpun tidak pernah guncang seberapapun tingginya gelombang.
Rangda selalu berani memberikan petuah, walaupun dirinya kadang susah, selalu memberikan apapun yang dimilikinya dengan ikhlas, karena hidup rangda memang harus selalu berbagi dengan perasaan yang suci. Rangda optimis merasa sukses memimpin di Sekala dan Niskala. Karena manusia harus dipimpin dengan baik dan arif agar manusia bisa berbuat baik dan arif pula. Rangda pernah memberikan petuah kepada anak buahnya, dia berkata: ‘pemaksaan akan mendatangkan ketakutan, ketakutan akan mendatangkan keresahan, keresahan akan mendatangkan kemarahan, kemarahan akan mendatangkan kebencian, kebencian akan mendatangkan perlawanan, perlawanan akan mendatangkan kerusakan, kerusakan akan mendatangkan kehancuran, maka dari itu jangan melakukan pemaksaan. Dan rangda adalah seorang yang bijak, dia tidak ingin melihat sesuatu menjadi hancur dan sia-sia. Dia selalu menjaga dan merawat sesuatu untuk tetap tumbuh dan menjadi baik dan lebih baik. Kebaikan Rangda tak lekang oleh waktu, tak pupus oleh badai, tak kering oleh angin, tak hangus oleh api, tak basah oleh air. Kebaikan dan pengabdiannya senantiasa abadi dan tertancap di sanubari.
EKONOMI MERUSAK ALAM
Semua kejadian yang berhubungan dengan alam membuat manusia tidak berdaya, terutama yang berhubungan dengan cuaca. Semua sudah tahu namun tidak banyak yang sadar, bahwa rusaknya alam (hutan) di Indonesia dan dunia, ke depannya akan membawa dampak material bagi kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial dan kesehatan. Dengan rusaknya hutan akan membawa dampak terjadinya peningkatan suhu yang mengarah pada pemanasan global, selanjutnya cuaca akan berubah menjadi musim panas berkelanjutan, musim hujan berkepanjangan dan seterusnya. Sudah pasti dan secara otomatis membawa masalah bagi kehidupan ekonomi manusia. Musim hujan berkepanjangan akan membawa dan merusak infrastruktur, distribusi barang, dan merusak kehidupan sektor pertanian. Hasilnya komoditi alam dan hasil bumi menjadi langka dan rusak, sehingga komoditi menjadi mahal harganya. Kenaikan harga akan memukul semua elemen masyarakat, baik kaya maupun miskin. Dampak pemanasan gobal tidak pernah disadari sama sekali oleh manusia, padahal effeknya luar biasa, cuaca menjadi tidak menentu, selalu berubah dan merusak hasil pertanian. Sedangkan masyarakat sendiri tidak terbiasa dengan dampak alam ini, yaitu kenaikan harga sembako maupun non sembako yang disebabkan sektor alam/cuaca, karena terganggunya distribusi. Sekali alam berulah maka tidak akan mampu diperbaiki lagi alam tersebut, apapun caranya. Sedangkan kesadaran manusia untuk menjaga/melestarikan alam sangat rendah dan cenderung memprihatinkan. Bahkan lebih banyak yang merusak daripada menjaga. Dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam, ini keadaan yang sangat ironis. Dan para ahli yang memiliki kompetensi di bidang alam tidak mampu berbuat banyak. Yang dapat dilakukan hanya bicara dan bicara tanpa hasil. Sekali alam rusak, kita semua pasti menerima akibatnya. Harga cabe sebiji 500 rupiah semua gempar dan bingung, padahal kelak bisa saja terjadi harga cabe sebiji 5000 rupiah. Banjir, tanah longsor, banjir rob, menipisnya sumber air bersih, telah terjadi berulang kali, semua menggerutu, hanya menggerutu, namun sekali alam berulah akan selamanya berulah dan tidak ada satu pihakpun yang mampu meredam ulah alam tersebut. Kapan manusia bersedia bersahabat dengan alam agar alam tidak merusak kehidupan manusia ? ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab!