Minggu, 25 Juli 2010

PEMANDIAN SUCI TIRTA EMPUL


Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, serta salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui Gianyar-Bali. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul. Dimana secara etimologi Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam). Keunikan dari pura ini pada Jaba Tengah terdapat 33 buah aliran pancoran namun sekarang tinggal hanya 31 pancuran, yang berderet mengahadap ke barat sejumlah 7 buah tetapi tinggal 5 buah yang dialiri air suci yang mana peruntukan pancuran ini adalah untuk meningkatkan aura kundalini yang ada pada tubuh kita, yang menghadap ke Selatan sejumlah 26 buah yang terbagi atas 3 tempat , masing-masing : yang pertama sejumlah 13 buah pancoran yang diperuntukan untuk menghilangkan hal-hal negative yang ada pada tubuh kita, seperti karena sakit, perasaan tidak enak atau untuk ruwatan diri, pada pancoran yang berderet 13 buah ini, pemanfaatan pancoran tersebut sebagai berikut : Sebelum kita menceburkan diri ke kolam kita harus menghaturkan sajen lebih dulu di tempat sajen yang telah ditentukan dengan maksud untuk permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri. Pancoran I dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran II sampai ke X boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama – nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran XI, XII hanya di peruntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/ membersihkan diri , kemudian pancoran XIII kembali boleh digunakan untuk melukat atau membersihkan diri. Pada bagian Kedua atau lokasi di tengah tengah terdapat 8 buah pancoran yang diperuntukan untuk : Dua buah pancoran paling barat dari lokasi tengah ini diperuntukan untuk melukat atau membersihkan diri akibat kita kena hujat dan kena sumpah cor kemudian dilanjutkan membersihkan diri ke pancoran paling timur kea rah barat sampai di pancoran bernama Tirte Empul di lokasi tengah ini, Jadi penglukatan atau pembersihan diri berakhir pada step pancoran Tirte Empul .Pada Bagian Ketiga terdapat 5 buah Pancoran ( Pancaka Tirte )yang mana pancoran disini bukan untuk membersihkan diri seperti pancoran di bagian pertama dan kedua, pengunjung memasuki areal ketiga ini setelah selesai melakukan pembersihan diri di pancoran bagian pertama dan kedua lalu berpakaian rapi dan sopan, baru boleh memasuki areal 5 buah pancoran ini. Karena keberadaan kita di lokasi ini bermaksud menyelesaikan dengan sempurna tahapan pembersihan diri dengan melakukan persembahyangan baru kemudian diperciki air suci yang ada di 5 buah pancoran tersebut. Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya , ritual terakhir pasti memohon air suci di areal pura Tirte Empul, hal ini bermakna bahwa upacara telah selesai dikerjakan sesuai maksud dan tujuannya. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura. Nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.[http://bliketut.com]

5 komentar:

  1. tirta empul memang tempat yang indah .. melali ke web saya ya bli di alamat www.ebali-tour.com. thx ..

    BalasHapus
  2. apakah ada pengaruhnya jika tidak sesuai yg dijelaskan melukat(urutan melukatnya)..lalu apakah ada pedoman melukat?

    BalasHapus
  3. @nyoman agus: disana ada yang menuntun saat kita melukat, yaitu Jro Mangku. air tempat melukat juga ada urut2tannya, dan ada dua pancuran yang airnya tidak boleh kita lukat krn itu khusus air untuk melukat orang yang meninggal, melukat disana sebaiknya jelang tengah malan pukul 23.59 pergantian dari malam ke pagi hari/pergantian hari. tks

    BalasHapus
  4. kalau misalnya g sengaja mandi di 2 pancuran yg untuk org meninggal bgaimana. adakah akibat yg ditimbulkan

    BalasHapus